Pengantar:
Saya memperoleh tulisan ini dari Mas
Agustinus Sukandar di grup WA JDG pagi tadi. Isinya bagus dan saya bagikan
kepada Anda. Semoga berguna. (Thomas)
Di salah satu tempat di Jepang
dulu pernah ada tradisi membuang orang yang sudah tua ke hutan. Mereka yang
dibuang adalah orang tua yang sudah tidak berdaya sehingga tidak memberatkan
kehidupan anak-anaknya.
Pada suatu hari ada seorang
pemuda yang berniat membuang ibunya ke hutan karena si Ibu telah lumpuh dan
agak pikun.
Si pemuda tampak bergegas
menyusuri hutan sambil menggendong ibunya. Si Ibu yang kelihatan tak berdaya
berusaha menggapai setiap ranting pohon yang bisa diraihnya lalu mematahkannya
dan menaburkannya di sepanjang jalan yang mereka lalui.
Sesampai di dalam hutan yang
sangat lebat, si anak menurunkan Ibu tersebut dan mengucapkan kata perpisahan
sambil berusaha menahan sedih karena ternyata dia tidak menyangka tega
melakukan perbuatan ini terhadap Ibunya.
Justru si Ibu yang tampak
tegar, dalam senyumnya dia berkata: “Anakku, Ibu sangat menyayangimu. Sejak kau
kecil sampai dewasa Ibu selalu merawatmu dengan segenap cintaku. Bahkan sampai
hari ini rasa sayangku tidak berkurang sedikit pun. Tadi Ibu sudah menandai
sepanjang jalan yang kita lalui dengan ranting-ranting kayu. Ibu takut kau
tersesat; ikutilah tanda itu agar kau selamat sampai di rumah.”
Setelah mendengar kata-kata
tersebut, si anak menangis dengan sangat keras, kemudian langsung memeluk
ibunya dan kembali menggendongnya untuk membawa si Ibu pulang ke rumah.
Pemuda tersebut akhirnya
merawat Ibu yang sangat mengasihinya sampai Ibunya meninggal.
‘Orang tua’ bukan barang
rongsokan yang bisa dibuang atau diabaikan setelah terlihat tidak berdaya.
Karena pada saat engkau sukses atau saat engkau dalam keadaan susah, hanya
‘orang tua’ yang mengerti kita dan batinnya akan menderita kalau kita susah.
‘Orang tua’ kita tidak pernah meninggalkan kita, bagaimanapun keadaan kita,
walaupun kita pernah kurang ajar kepada orang tua. Namun Bapak dan Ibu kita
akan tetap mengasihi kita.
Mari kita merenungkan, apa
yang telah kita berikan untuk orang tua kita, nilai berapa pun itu pasti dan
pasti tidak akan sebanding dengan pengorbanan ayah ibu kita.
JADIKAN ORANG TUAMU RAJA, MAKA REZEKIMU
SEPERTI RAJA
Ketika ditanya rahasia
suksesnya menjadi pengusaha, pengusaha baja dan pemilik PT. Artha Mas Graha
Andalan menjawab dengan singkat: “Jadikan orang tuamu Raja, maka rezekimu
seperti Raja”.
Pengusaha yang kini tinggal di
Cikarang ini pun bercerita bahwa orang hebat dan sukses yang ia kenal semuanya
memperlakukan orang tuanya seperti Raja. Mereka menghormati, memuliakan,
melayani dan memprioritaskan orang tuanya.
Lelaki asal Banyuwangi ini
bertutur, “Jangan perlakukan orang tua seperti Pembantu. Atau orang tua diminta
merawat anak kita sementara kita sibuk bekerja. Bila ini yang terjadi maka
rezeki orang itu adalah rezeki pembantu karena ia memperlakukan orang tuanya
seperti pembantu. Walau suami/istri bekerja, rezekinya tetap kurang bahkan
nombok setiap bulannya.”
Menurut sebuah lembaga survey
yang mengambil sampel pada 700 keluarga di Jepang, anak-anak yang sukses
adalah: mereka yang memperlakukan dan melayani orang tuanya seperti seorang
Kaisar. Dan anak-anak yang sengsara hidupnya adalah mereka yang sibuk dengan
urusan dirinya sendiri dan kurang perduli pada orang tuanya.
Mari terus berusaha keras agar
kita bisa memperlakukan orang tua seperti raja. Buktikan dan jangan hanya ada
di angan-angan. Beruntunglah bagi yang masih memiliki orang tua, masih BELUM TERLAMBAT
untuk berbakti. UANG bisa dicari, ilmu bisa digali, tapi kesempatan untuk
mengasihi orang tua kita takkan terulang kembali.
No comments:
Post a Comment