Tuesday 4 November 2008

PHYLLIS SELF: BOS TERTUA DI INGGRIS


Pada tanggal 7 November 2008 ini Nenek Self genap berusia 101 tahun. Dia masih aktif bekerja seperti orang lain yang bekerja, bahkan dia bekerja lebih serius lagi karena dia adalah pemilik dan pemimpin Whitehall Garden Centre. Nenek 11 cucu ini masih tetap aktif dan tidak pernah berpikir untuk pension.

Dia memulai dan mengembangkan bisnis pusat tanaman kebun sejak 1974. Saat ini ia memiliki 200-an karyawan. Hal yang paling ia suka dalam pekerjaannya adalah bertemu dan berurusan dengan orang-orang. Menurutnya, hal itu juga menjadi rahasia resep umur panjangnya. Dia tidak pernah pusing dengan diet karena dia makan sebanyak apa yang dia mau, tetapi Nenek Self memang tidak pernah merokok. Dia sendiri tidak bekerja sendirian. Anak-anak dan cucunya ada juga yang membantunya bekerja. Misalnya Chris Self, anak laki-lakinya yang berusia 70 tahun, menjabat direktur pelaksana.

Wanita luar biasa ini lair dengan nama Phyllis Johnson dan lahir di Birkenhead, Lanchashire 1907. Wanita tunggal dari pasangan guru ini menyelesaikan sekolah pada 1925 dan pernah mendapatkan pekerjaan di sebuah pabrik wol di Rochdale selama beberapa tahun. Awal 1930-an Self memututskan pindah ke Wiltshire dan bekerja di Avon Rubber di Melksham. Ia menikahi Roland Self seorang petani dan mereka memutuskan tinggal di sebuah pertanian di Lacock dan memiliki anak Chris dan John.

Tahun 1972 John membuka pusat tanaman kebun. Tetapi kemudian John pindah ke luar negeri dan disusul dengan kematian Roland. Akhirnya Self dan Chris mengambil alih dan mengelola kebun tersebut hingga sekarang. Self berusia 64 tahun ketika ia mengambil alih perkebunan ini. Ibu dan anak ini berhasil mengembangkan usaha perkebunan tanaman dan memiliki 2 buah perkebunan terbesar di wilayah barat daya Inggris.

Self masih mampu mengendarai mobil kesukaannya hingga sekarang. Dia mengenal semua detil perusahaannya, semua karyawannya, dan semua kliennya. Hubungan dengan mereka sangat akrab, apalagi ia memang memperhatikan mereka secara pribadi, sehingga perusahaan berjalan dengan lancar. Di sela-sela kesibukannya, Self masih menyempatkan diri menjalankan dua hobinya, yaitu menghadiri acara di gereja setempat dan bertemu dengan sesame anggota pencinta tanaman kebun di Chippenham Floral Society. Ia menjabat sebagai wakil presiden himpunan itu.

Yang dapat kita pelajari dari Phyllis Self:
1. Tidak ada kata terlambat untuk memulai sebuah usaha. Nenek Self mulai menangani bisnis yang ditinggalkan anak dan suaminya ketika ia sudah berusia 64 tahun. Sebelumnya, ia adalah ibu rumah tangga biasa.
2. Totalitas atau pengerahan seluruh kemampuan menjadi kunci sukses usaha. Nenek Self mencurahkan seluruh waktu dan perhatiannya untuk kemajuan usahanya. Totalitasnya itu dilakukannya dengan sikap tenang, senang dan santai.
3. Memberikan perhatian kepada rekan kerja, karyawan dan klien akan memperlancar jalannya usaha. Sikap ramah, mau menyapa, mengingat nama, mengingat hari ulang tahun dsb. akan membuat karyawan dan klien selalu merasa dihargai.

Thursday 30 October 2008

JUNTRUNGAN KRISIS SUBPRIME DI AMERIKA SERIKAT

Kalau Langit Masih Kurang Tinggi
Oleh: Dahlan Iskan (Pimpinan Jawa Pos Group)

Meski saya bukan ekonom, banyak pembaca tetap minta saya ''menceritakan' ' secara awam mengenai hebatnya krisis keuangan di AS saat ini. Seperti juga, banyak pembaca tetap bertanya tentang sakit liver, meski mereka tahu saya bukan dokter. Saya coba:
Semua perusahaan yang sudah go public lebih dituntut untuk terus berkembang di semua sektor. Terutama labanya. Kalau bisa, laba sebuah perusahaan publik terus meningkat sampai 20 persen setiap tahun. Soal caranya bagaimana, itu urusan kiat para CEO dan direkturnya. Pemilik perusahaan itu (para pemilik saham) biasanya sudah tidak mau tahu lagi apa dan bagaimana perusahaan tersebut dijalankan. Yang mereka mau tahu adalah dua hal yang terpenting saja: harga sahamnya harus terus naik dan labanya harus terus meningkat.
Perusahaan publik di AS biasanya dimiliki ribuan atau ratusan ribu orang, sehingga mereka tidak peduli lagi dengan tetek-bengek perusahaan mereka. Mengapa mereka menginginkan harga saham harus terus naik? Agar kalau para pemilik saham itu ingin menjual saham, bisa dapat harga lebih tinggi dibanding waktu mereka beli dulu: untung. Mengapa laba juga harus terus naik? Agar, kalau mereka tidak ingin jual saham, setiap tahun mereka bisa dapat pembagian laba (dividen) yang kian banyak. Soal cara bagaimana agar keinginan dua hal itu bisa terlaksana dengan baik, terserah pada CEO-nya. Mau pakai cara kucing hitam atau cara kucing putih, terserah saja. Sudah ada hukum yang mengawasi cara kerja para CEO tersebut: hukum perusahaan, hukum pasar modal, hukum pajak, hukum perburuhan, dan seterusnya.
Apakah para CEO yang harus selalu memikirkan dua hal itu merasa tertekan dan stres setiap hari? Bukankah sebuah perusahaan kadang bisa untung, tapi kadang bisa rugi? Anehnya, para CEO belum tentu merasa terus-menerus diuber target. Tanpa disuruh pun para CEO sendiri memang juga menginginkannya. Mengapa? Pertama, agar dia tidak terancam kehilangan jabatan CEO. Kedua, agar dia mendapat bonus superbesar yang biasanya dihitung sekian persen dari laba dan pertumbuhan yang dicapai. Gaji dan bonus yang diterima para CEO perusahaan besar di AS bisa 100 kali lebih besar dari gaji Presiden George Bush. Mana bisa dengan gaji sebesar itu masih stres? Keinginan pemegang saham dan keinginan para CEO dengan demikian seperti tumbu ketemu tutup: klop.
Maka, semua perusahaan dipaksa untuk terus-menerus berkembang dan membesar. Kalau tidak ada jalan, harus dicarikan jalan lain. Kalau jalan lain tidak ditemukan, bikin jalan baru. Kalau bikin jalan baru ternyata sulit, ambil saja jalannya orang lain. Kalau tidak boleh diambil? Beli! Kalau tidak dijual? Beli dengan cara yang licik -dan kasar! Istilah populernya hostile take over. Kalau masih tidak bisa juga, masih ada jalan aneh: minta politisi untuk bikinkan berbagai peraturan yang memungkinkan perusahaan bisa mendapat jalan. Kalau perusahaan terus berkembang, semua orang happy. CEO dan para direkturnya happy karena dapat bonus yang mencapai Rp 500 miliar setahun. Para pemilik saham juga happy karena kekayaannya terus naik. Pemerintah happy karena penerimaan pajak yang terus membesar. Politisi happy karena dapat dukungan atau sumber dana.
Dengan gambaran seperti itulah ekonomi AS berkembang pesat dan kesejahteraan rakyatnya meningkat. Semua orang lantas mampu membeli kebutuhan hidupnya. Kulkas, TV, mobil, dan rumah laku dengan kerasnya. Semakin banyak yang bisa membeli barang, ekonomi semakin maju lagi. Karena itu, AS perlu banyak sekali barang. Barang apa saja. Kalau tidak bisa bikin sendiri, datangkan saja dari Tiongkok atau Indonesia atau negara lainnya. Itulah yang membuat Tiongkok bisa menjual barang apa saja ke AS yang bisa membuat Tiongkok punya cadangan devisa terbesar di dunia: USD 2 triliun! Sudah lebih dari 60 tahun cara ''membesarkan' ' perusahaan seperti itu dilakukan di AS dengan suksesnya.
Itulah bagian dari ekonomi kapitalis. AS dengan kemakmuran dan kekuatan ekonominya lalu menjadi penguasa dunia. Tapi, itu belum cukup. Yang makmur harus terus lebih makmur. Punya toilet otomatis dianggap tidak cukup lagi: harus computerized! Bonus yang sudah amat besar masih kurang besar. Laba yang terus meningkat harus terus mengejar langit. Ukuran perusahaan yang sudah sebesar gajah harus dibikin lebih jumbo. Langit, gajah, jumbo juga belum cukup. Ketika semua orang sudah mampu beli rumah, mestinya tidak ada lagi perusahaan yang jual rumah. Tapi, karena perusahaan harus terus meningkat, dicarilah jalan agar penjualan rumah tetap bisa dilakukan dalam jumlah yang kian banyak. Kalau orangnya sudah punya rumah, harus diciptakan agar kucing atau anjingnya juga punya rumah. Demikian juga mobilnya. Tapi, ketika anjingnya pun sudah punya rumah, siapa pula yang akan beli rumah? Kalau tidak ada lagi yang beli rumah, bagaimana perusahaan bisa lebih besar? Bagaimana perusahaan penjamin bisa lebih besar? Bagaimana perusahaan alat-alat bangunan bisa lebih besar? Bagaimana bank bisa lebih besar? Bagaimana notaris bisa lebih besar? Bagaimana perusahaan penjual kloset bisa lebih besar? Padahal, doktrinnya, semua perusahaan harus semakin besar?
Ada jalan baru. Pemerintah AS-lah yang membuat jalan baru itu. Pada 1980, pemerintah bikin keputusan yang disebut ''Deregulasi Kontrol Moneter''. Intinya, dalam hal kredit rumah, perusahaan realestat diperbolehkan menggunakan variabel bunga. Maksudnya: boleh mengenakan bunga tambahan dari bunga yang sudah ditetapkan secara pasti. Peraturan baru itu berlaku dua tahun kemudian. Inilah peluang besar bagi banyak sektor usaha: realestat, perbankan, asuransi, broker, underwriter, dan seterusnya. Peluang itulah yang dimanfaatkan perbankan secara nyata.
Begini ceritanya: Sejak sebelum 1925, di AS sudah ada UU Mortgage. Yakni, semacam undang-undang kredit pemilikan rumah (KPR). Semua warga AS, asalkan memenuhi syarat tertentu, bisa mendapat mortgage (anggap saja seperti KPR, meski tidak sama). Misalnya, kalau gaji seseorang sudah Rp 100 juta setahun, boleh ambil mortgage untuk beli rumah seharga Rp 250 juta. Cicilan bulanannya ringan karena mortgage itu berjangka 30 tahun dengan bunga 6 persen setahun.
Negara-negara maju, termasuk Singapura, umumnya punya UU Mortgage. Yang terbaru adalah UU Mortgage di Dubai. Sejak itu, penjualan properti di Dubai naik 55 persen. UU Mortgage tersebut sangat ketat dalam menetapkan syarat orang yang bisa mendapat mortgage. Dengan keluarnya ''jalan baru'' pada 1980 itu, terbuka peluang untuk menaikkan bunga. Bisnis yang terkait dengan perumahan kembali hidup. Bank bisa dapat peluang bunga tambahan. Bank menjadi lebih agresif. Juga para broker dan bisnis lain yang terkait. Tapi, karena semua orang sudah punya rumah, tetap saja ada hambatan. Maka, ada lagi ''jalan baru'' yang dibuat pemerintah enam tahun kemudian. Yakni, tahun 1986. Pada 1986 itu, pemerintah menetapkan reformasi pajak. Salah satu isinya: pembeli rumah diberi keringanan pajak. Keringanan itu juga berlaku bagi pembelian rumah satu lagi. Artinya, meski sudah punya rumah, kalau mau beli rumah satu lagi, masih bisa dimasukkan dalam fasilitas itu.
Di negara-negara maju, sebuah keringanan pajak mendapat sambutan yang luar biasa. Di sana pajak memang sangat tinggi. Bahkan, seperti di Swedia atau Denmark , gaji seseorang dipajaki sampai 50 persen. Imbalannya, semua keperluan hidup seperti sekolah dan pengobatan gratis. Hari tua juga terjamin. Dengan adanya fasilitas pajak itu, gairah bisnis rumah meningkat drastis menjelang 1990. Dan terus melejit selama 12 tahun berikutnya. Kredit yang disebut mortgage yang biasanya hanya USD 150 miliar setahun langsung menjadi dua kali lipat pada tahun berikutnya. Tahun-tahun berikutnya terus meningkat lagi. Pada 2004 mencapai hampir USD 700 miliar setahun.
Kata ''mortgage'' berasal dari istilah hukum dalam bahasa Prancis. Artinya: matinya sebuah ikrar. Itu agak berbeda dari kredit rumah. Dalam mortgage, Anda mendapat kredit. Lalu, Anda memiliki rumah. Rumah itu Anda serahkan kepada pihak yang memberi kredit. Anda boleh menempatinya selama cicilan Anda belum lunas. Karena rumah itu bukan milik Anda, begitu pembayaran mortgage macet, rumah itu otomatis tidak bisa Anda tempati. Sejak awal ada ikrar bahwa itu bukan rumah Anda. Atau belum. Maka, ketika Anda tidak membayar cicilan, ikrar itu dianggap mati. Dengan demikian, Anda harus langsung pergi dari rumah tersebut.
Lalu, apa hubungannya dengan bangkrutnya investment banking seperti Lehman Brothers? Gairah bisnis rumah yang luar biasa pada 1990-2004 itu bukan hanya karena fasilitas pajak tersebut. Fasilitas itu telah dilihat oleh ''para pelaku bisnis keuangan'' sebagai peluang untuk membesarkan perusahaan dan meningkatkan laba. Warga terus dirangsang dengan berbagai iklan dan berbagai fasilitas mortgage. Jor-joran memberi kredit bertemu dengan jor-joran membeli rumah. Harga rumah dan tanah naik terus melebihi bunga bank. Akibatnya, yang pintar bukan hanya orang-orang bank, tapi juga para pemilik rumah. Yang rumahnya sudah lunas, di-mortgage- kan lagi untuk membeli rumah berikutnya. Yang belum memenuhi syarat beli rumah pun bisa mendapatkan kredit dengan harapan toh harga rumahnya terus naik. Kalau toh suatu saat ada yang tidak bisa bayar, bank masih untung. Jadi, tidak ada kata takut dalam memberi kredit rumah.
Tapi, bank tentu punya batasan yang ketat sebagaimana diatur dalam undang-undang perbankan yang keras.
Sekali lagi, bagi orang bisnis, selalu ada jalan. Jalan baru itu adalah ini: bank bisa bekerja sama dengan ''bank jenis lain'' yang disebut investment banking. Apakah investment banking itu bank? Bukan. Ia perusahaan keuangan yang ''hanya mirip'' bank. Ia lebih bebas daripada bank. Ia tidak terikat peraturan bank. Bisa berbuat banyak hal: menerima macam-macam ''deposito'' dari para pemilik uang, meminjamkan uang, meminjam uang, membeli perusahaan, membeli saham, menjadi penjamin, membeli rumah, menjual rumah, private placeman, dan apa pun yang orang bisa lakukan. Bahkan, bisa melakukan apa yang orang tidak pernah memikirkan!
Lehman Brothers, Bear Stern, dan banyak lagi adalah jenis investment banking itu. Dengan kebebasannya tersebut, ia bisa lebih agresif. Bisa memberi pinjaman tanpa ketentuan pembatasan apa pun. Bisa membeli perusahaan dan menjualnya kapan saja. Kalau uangnya tidak cukup, ia bisa pinjam kepada siapa saja: kepada bank lain atau kepada sesama investment banking. Atau, juga kepada orang-orang kaya yang punya banyak uang dengan istilah ''personal banking''.
Saya sering kedatangan orang dari investment banking seperti itu yang menawarkan banyak fasilitas. Kalau saya mau menempatkan dana di sana , saya dapat bunga lebih baik dengan hitungan yang rumit. Biasanya saya tidak sanggup mengikuti hitung-hitungan yang canggih itu. Saya orang yang berpikiran sederhana. Biasanya tamu-tamu seperti itu saya serahkan ke Dirut Jawa Pos Wenny Ratna Dewi. Yang kalau menghitung angka lebih cepat dari kalkulator.
Kini saya tahu, pada dasarnya dia tidak menawarkan fasilitas, tapi cari pinjaman untuk memutar cash-flow. Begitu agresifnya para investment banking itu, sehingga kalau dulu hanya orang yang memenuhi syarat (prime) yang bisa dapat mortgage, yang kurang memenuhi syarat pun (sub-prime) dirangsang untuk minta mortgage.
Di AS, setiap orang punya rating. Tinggi rendahnya rating ditentukan oleh besar kecilnya penghasilan dan boros-tidaknya gaya hidup seseorang. Orang yang disebut prime adalah yang ratingnya 600 ke atas. Setiap tahun orang bisa memperkirakan sendiri, ratingnya naik atau turun. Kalau sudah mencapai 600, dia sudah boleh bercita-cita punya rumah lewat mortgage. Kalau belum 600, dia harus berusaha mencapai 600. Bisa dengan terus bekerja keras agar gajinya naik atau terus melakukan penghematan pengeluaran. Tapi, karena perusahaan harus semakin besar dan laba harus kian tinggi, pasar pun digelembungkan. Orang yang ratingnya baru 500 sudah ditawari mortgage. Toh kalau gagal bayar, rumah itu bisa disita. Setelah disita, bisa dijual dengan harga yang lebih tinggi dari nilai pinjaman. Tidak pernah dipikirkan jangka panjangnya. Jangka panjang itu ternyata tidak terlalu panjang.
Dalam waktu kurang dari 10 tahun, kegagalan bayar mortgage langsung melejit. Rumah yang disita sangat banyak. Rumah yang dijual kian bertambah. Kian banyak orang yang jual rumah, kian turun harganya. Kian turun harga, berarti nilai jaminan rumah itu kian tidak cocok dengan nilai pinjaman. Itu berarti kian banyak yang gagal bayar. Bank atau investment banking yang memberi pinjaman telah pula menjaminkan rumah-rumah itu kepada bank atau investment banking yang lain. Yang lain itu menjaminkan ke yang lain lagi. Yang lain lagi itu menjaminkan ke yang beriktunya lagi. Satu ambruk, membuat yang lain ambruk. Seperti kartu domino yang didirikan berjajar. Satu roboh menimpa kartu lain. Roboh semua.
Berapa ratus ribu atau juta rumah yang termasuk dalam mortgage itu? Belum ada data. Yang ada baru nilai uangnya. Kira-kira mencapai 5 triliun dolar. Jadi, kalau Presiden Bush merencanakan menyuntik dana APBN USD 700 miliar, memang perlu dipertanyakan: kalau ternyata dana itu tidak menyelesaikan masalah, apa harus menambah USD 700 miliar lagi? Lalu, USD 700 miliar lagi? Itulah yang ditanyakan anggota DPR AS sekarang, sehingga belum mau menyetujui rencana pemerintah tersebut. Padahal, jumlah suntikan sebanyak USD 700 miliar itu sudah sama dengan pendapatan seluruh bangsa dan negara Indonesia dijadikan satu.
Jadi, kita masih harus menunggu apa yang akan dilakukan pemerintah dan rakyat AS. Kita juga masih menunggu data berapa banyak perusahaan dan orang Indonesia yang ''menabung'' - kan uangnya di lembaga-lembaga investment banking yang kini lagi pada kesulitan itu. Sebesar tabungan itulah Indonesia akan terseret ke dalamnya. Rasanya tidak banyak, sehingga pengaruhnya tidak akan sebesar pengaruhnya pada Singapura, Hongkong, atau Tiongkok. Singapura dan Hongkong terpengaruh besar karena dua negara itu menjadi salah satu pusat beroperasinya raksasa-raksasa keuangan dunia. Sedangkan Tiongkok akan terpengaruh karena daya beli rakyat AS akan sangat menurun, yang berarti banyak barang buatan Tiongkok yang tidak bisa dikirim secara besar-besaran ke sana .
Kita, setidaknya, masih bisa menanam jagung.(*)
Sumber: Jawa Pos - Minggu, 28 September 2008

Wednesday 15 October 2008

BURLA SUJATA: MERAIH KEUNTUNGAN Rp 700 JUTA PER BULAN


Dengan komputer jinjing dan televisi di rumahnya, Sujata bekerja memantau pergerakan harga saham. Sujata adalah investor saham andal di India. Tahun 2007 yang lalu, pendapatan bersihnya per bulan adalah sekitar US$ 49.910 (Rp 460.000) hingga US$ 76.260 (Rp 700 juta). Tahun ini, di tengah krisis keuangan global, Sujata tetap mencatat pendapatan tinggi dari saham-saham yang dia beli dan jual.

Yang luar biasa dari Sujata adalah karena perempuan kaya raya dan sangat disegani ini sebenarnya secara fisik lumpuh akibat kecelakaan tahun 2001 yang lalu. Pada tahun-tahun awal setelah kecelakaan yang melumpuhkannya, ia memang sempat merasa terpukul dan hampir putus asa, namun ia bangkit walapun untuk dapat beraktivitas ia memerlukan bantuan orang lain. Karena itu ia bekerja dari rumah. Yang dapat dipelajari darinya adalah bahwa ia tidak mau menyerah pada kelemahan fisiknya.

Hebatnya, pada tahun 2004 ketika dia hendak memulai usaha di bidang saham, Sujata tidak memiliki pengetahuan dan ketrampilan sama sekali tentang ekonomi, saham dan perdagangan saham. Ia dulu hanya tahu tentang toko kecil yang dimilikinya. Karena itu, Sujata menghabiskan waktu sekitar 1 tahun untuk belajar sendiri tentang saham dan perdagangan saham. Ia menghabiskan hari-hari dalam satu tahun dengan membaca buku, artikel surat kabar dan majalah, mempelajari analisis saham di televisi, membaca website tentang saham dan sebagainya. Sebagai orang yang tidak punya latar belakang yang kuat dalam ekonomi dan tidak dapat menghadiri kursus-kursus secara normal seperti orang lain, Sujata memang memerlukan waktu 1 tahun. Ia benar-benar sangat tekun belajar.

Mulailah Sujata terjun dalam perdagangan saham di tahun 2005. Saham pertama yang ia beli adalah saham blue chip milik perusahaan seperti Reliance Industries, Hero Honda, ACC dan IDBI. Pengalaman pertama itu dianggapnya gagal total karena ia memang tidak mendapat keuntungan apa pun. Ia belum tahu kapan saat yang tepat baik untuk membeli maupun menjual saham. Ia belajar dari banyak pengalaman kegagalan. Lambat laun, ia mulai memahami berbagai strategi sukses di pasar saham. Ia mencermati seluruh informasi dan saran dari berbagai saluran televisi bisnis, surat kabar dan teman-temannya yang paham tentang saham. Namun ia selalu berhati-hati dan disiplin mengolah dan menerapkan informasi itu. Sujata menyarankan jangan terlalu berani bertaruh dalam perdagangan saham melebihi perkiraan yang masuk akal. Pemain yang awam harus meminta ide dari toga broker saham. Kunci sukses lainnya adalah fleksibilitas dalam perdagangan saham. Ia bukan tipe orang yang tergesa-gesa. Tidak masalah baginya jika kadang-kadang ia rugi sedikit asal dengan perhitungan matang ia akan mencetak laba besar.

Hidup Sujata kini menjadi bergairah meskipun ia secara fisik memiliki keterbatasan. Ujarnya, “Kini saya memiliki keyakinan bahwa saya dapat melakukan segalanya seperti orang lain yang normal. Saya secara finansial telah mandiri.” Ya... dalam kelemahannya, Sujata telah menjadi kuat daripada sebelumnya.

(Diambil dan diringkat dari Seputar Indonesia, September 2007)

TUNG DESEM WARINGIN: BERJUANG MENCETAK ORANG-ORANG DAHSYAT


Siapa yang tidak kenal dengan Tung Desem Waringin (TDW)? Gaya bicaranya ceplas-ceplos, spontan, apa adanya, tanpa “tedheng aling-aling” alias tanpa ada yang disembunyikan. Orangnya enerjik, antusias, selalu bersemangat, optimis dan tidak kenal lelah. Bila ia berbicara di depan umum, antusiasme dalam dirinya membakar para pendengarnya untuk mengikuti apa yang dikatakannya. Ya... TDW benar-benar seorang pembicara ulung, motivator dahsyat, pembakar semangat, dan pelita bagi banyak orang yang sedang mencari solusi untuk keluar dari keterpurukan pribadinya, kehancuran bisnisnya, kelesuan usahanya, kehilangan semangat hidupnya dan berbagai masalah lainnya.

Seminar-seminar yang diadakannya secara rutin menarik ratusan bahkan ribuan orang untuk hadir… mereka rela membayar tiket berapa pun harganya asal bertemu orang “nyentrik” ini. Dua buku dahsyat yang telah diterbitkan oleh PT Gramedia, yaitu Financial Revolution dan Marketing Revolution, tidak saja fenomenal karena terjual habis di atas 10.000 eksemplar dalam satu hari pada hari pertama peluncuran, namun lebih dari itu mampu membantu ribuan orang untuk bangkit dari kelesuan, keterpurukan dan kebangkrutan menuju ke kesuksesan luar biasa secara benar dan efektif.

Itu semua memang menjadi cita-cita TDW sejak banting stir dari kedudukannya yang “wah” sebagai pimpinan cabang sebuah bank ternama beberapa tahun yang lalu. Ia ingin meraih kebebasan financial bagi dirinya dan bagi keluarganya, dan pengalamannya itu ingin dibagikannya kepada sebanyak mungkin orang. TDW berjanji untuk menjadi seorang pejuang seperti halnya Jendral Sudirman yang berjuang demi bangsa Indonesia. Namun, tidak seperti Jendral Sudirman yang berjuang dengan mengangkat senjata melawan penjajah, TDW ingin berjuang untuk membebaskan bangsa Indonesia dari kemiskinan dan keterbelakangan. Lewat penulisan dan penerbitan buku, artikel di surat-surat kabar dan majalah, seminar-seminar, siaran-siaran radio, penerbitan CD, VCD, DVD, poster, website dan sebagainya TDW ingin mengajak bangsanya bangkit menuju kejayaan.

Seperti apa gaya hidupnya sekarang? TDW sekarang tinggal di perumahan di kawasan elit Lippo Karawaci. Ia hidup bahagia bersama istri dan ketiga anaknya. Ia biasa menikmati waktunya dengan keluarganya. Hidupnya tidak pernah mengalami kekurangan. Berbagai bisnis dimilikinya, termasuk property dan saham, tanpa campur tangannya sendiri. Ia biasa bepergian dengan helicopter atau pesawat yang disewanya. Namun di balik itu, ia juga seorang yang sangat dermawan, sedia membantu mereka yang berkekurangan dan aktif dalam kegiatan social.

Dilihat dari sejarah hidupnya, TDW adalah seorang yang ulet dan pekerja keras sekaligus pekerja cerdas. Ia lahir dari keluarga pedagang dan pengusaha. Dari kecil ia sudah biasa diajarkan untuk menghargai kerja keras. Dari kecil TDW sudah belajar untuk selalu focus pada apa yang hendak diraih. Didikan orang tuanya membuatnya selalu sukses dalam studi. Pada akhirnya ia meraih gelar sarjana hukum dari Universitas Sebelas Maret Solo. Selama menjadi mahasiswa, ia mencetak beberapa prestasi buat kampusnya, antara lain dengan menjadi juara cerdas cermat atau debat atau karya tulis dalam beberapa lomba tingkat daerah maupun tingkat nasional.

Selepas dari kampus, ia bekerja di BCA dan meniti karir dari tingkat bawah. Ia adalah tipe orang kreatif yang tidak ragu-ragu untuk mengusulkan gagasan-gagasan baiknya kepada para pimpinannya. Karena keberaniannya membuat terobosan-terobosan dalam pekerjaannya, karirnya menanjak dengan cepat. Kesempatan itu digunakan TDW untuk belajar banyak dan melakukan berbagai inovasi sehingga kantor-kantor cabang BCA yang dipimpinnya selalu mencetak prestasi mengagumkan. Bahkan ketika terjadi krisis moneter tahun 2008, kantor cabang yang dipimpinnya mengalami surplus tabungan; artinya tidak terkena “rush”, bahkan mencetak pendapatan yang tinggi.

Titik balik karirnya terjadi ketika ayahnya sakit keras tahun. Saat itu, TDW bersama keluarganya harus membawa ayah mereka berobat ke Singapore. TDW merasakan ketidakberesan dalam hidupnya; ia merasakan ketidakadilan ketika menjumpai kenyataan bahwa biaya pengobatan ayahnya untuk satu malam di Singapore melebihi gajinya di bank dalam satu bulan. TDW tidak habis pikir… ia adalah seorang pimpinan cabang bank ternama dan gajinya sangat besar, namun toh uang yang ia miliki tidak cukup untuk membiayai ayahnya, bahkan untuk satu malam saja. Deep in his heart… dia memberontak dan berjanji untuk memutus mata rantai kekurangannya ini. Ia berhasrat untuk merdeka…

Ketika ayahnya sakit dan uangnya hampir habis, TDW mengambil keputusan untuk mengikuti seminar yang diadakan oleh motivator ternama dari Amerika, yaitu Anthony Robbins. Tiket mahal ia beli… dengan janji kuat dalam hatinya bahwa tidak lama lagi ia akan dapat mengganti semua yang telah ia habiskan. TDW sangat berhasrat untuk sukses. Ia selalu mau belajar dari pengalamannya sendiri dan dari orang lain.

Yang kemudian terjadi adalah TDW belajar banyak dari Anthony Robbins. Ia keluar dari bank tempatnya bekerja dengan nyaman. Ia mulai mempraktikkan apa yang diajarkan oleh Anthony Robbins dan orang-orang hebat yang dikenalnya atau paling tidak yang buku-bukunya ia baca, baik dalam hidup sehari-hari di rumah, di jalan, dalam pertemuan dengan orang dan dalam berbisnis. Dia mendapati bahwa harus ada jalinan dan kesatuan antara kata dan perbuatan. Misalnya, untuk memupuk semangatnya, ia tidak segan-segan berjingkrak-jingkrak sambil berteriak-teriak “Aku bisa.” Ia mulai merintis usahanya dengan memberi seminar, konsultasi, menjual produk property, dan sebagainya. Hasilnya… lihatlah TDW sekarang.

Untuk mengenal kedahsyatan gagasan-gagasannya, kita dapat mengikuti seminar-seminarnya, membaca buku-bukunya dan membuka websitenya. Sebagaimana banyak orang lain yang menjadi sukses “gara-gara” TDW, kita pun dapat menjadi sukses bila mau mempraktikkan apa yang diajarkannya dalam Financial Revolution dan Marketing Revolution. Kata yang tepat untuk menggambarkan dirinya adalah “dahsyat”. TDW juga bermimpi bahwa Anda juga dapat menjadi seseorang yang “dahsyat”.

Referensi untuk Anda:
Buku FINANCIAL REVOLUTION
Buku MARKETING REVOLUTION
Website: http://www.dahsyat.com/

Salam dahsyat.

Friday 26 September 2008

HEATHER ARMSTRONG - MEMBUAT MESIN UANG DENGAN CERITA PRIBADI


Heather Armstrong adalah pendiri situs Dooce, yang merupakan situs curhat bagi wanita modern. Ia adalah seorang ibu rumah tangga dengan 3 orang anak. Heather tumbuh besar di daerah pinggiran Memphis, Tennessee, Amerika. Ia lulus dari Bartlett High School tahun 1993 dan pernah bekerja sebagai web designer di Los Angeles. Ia dipecat dari pekerjaannya sebagai web designer karena waktu itu ia sudah merancang website-nya sendiri. Ia mau menanggung resiko dipecat demi impiannya. Lalu hidup sebagai pengangguran pemabuk hingga menikah dengan suaminya saat ini dan pindah ke Utah, AS. Heather juga pernah mengalami depresi sehingga ia dibawa ke rumah sakit jiwa.

Dengar bekal pengalaman sebagai web designer, ia mencoba membuat situs sendiri. Sejak Oktober 2005 situsnya memiliki pendapatan dari iklan-iklan yang terpasang. Situs Dooce yang dibuat Heather Armstrong kini mampu menarik 850.000 pembaca setiap harinya dan mendatangkan banyak pengiklan. Situsnya berisi liku-liku perjalanan hidupnya setiap hari. Kekuatan situs Dooce adalah pada kelugasannya, ke-apaadanyaan-nya. Ia menuliskan semuanya dengan lugas, jujur, sederhana dan apa adanya sehingga jutaan orang menyukai tulisan-tulisannya. Misalnya, tanpa malu-malu Heather mengaku pernah berkencan dengan sejumlah aktor dan bertemu sejumlah selebritis di Los Angeles. Ia pernah juga bekerja selama beberapa tahun untuk lembaga yang menangani masalah kecanduan narkoba. Karena sifat sederhana dan lugas itulah ia tidak memerlukan dewan direksi atau orang lain untuk menyunting tulisan-tulisannya. Ia mengerjakannya sendiri.

Cerita-cerita sederhana Heather tidak saja disukai para ibu rumah tangga dan wanita pada umumnya, tetapi juga sangat disukai perusahaan-perusahaan besar yang ingin memanfaatkan ketenaran situsnya untuk memasarkan produk-produknya melalui iklan yang dipasang. Ada JC Penney and Crate&Barrel yang menjual furniture dan menawarkan tip-tip dekorasi. Ada Walgreens yang menjual jasa percetakannya.

Tahun 2008 ini, menurut Federated Media, penghasilan Heather dari situs Dooce-nya meningkat tujuh kali lipat daripada pendapatannya di tahun 2006. Tidak mengherankan bahwa Heather cukup senang dan menikmati hidupnya bersama keluarganya. Bahkan suaminya bisa keluar dari pekerjaannya untuk kemudian lebih banyak tinggal di rumah membantunya.

(Diambil dari Koran Seputar Indonesia)

Yang dapat kita pelajari dari usaha Heather Armstrong:
1. Untuk yang ingin membuat situs atau blog, mulailah. Penghasilan dari iklan dalam situs atau blog yang dibuat dengan benar dan baik dapat diandalkan.
2. Kesempatan untuk mendapatkan penghasilan dari internet (khususnya dengan membuat situs sendiri) sangat terbuka lebar dan hampir tidak ada batasnya.
3. Mulailah melakukan sesuatu yang telah kita rencanakan. Jangan menunda.
Berbisnislah dengan sesuatu yang kita senangi. Sambil menjalankan usaha itu, kita akan belajar banyak hal yang baru dan yang akan melengkapi kekurangan kita.
4. Arah dari semua usaha kita adalah kebahagiaan keluarga dan bermanfaat bagi banyak orang.

MAIR SAFTARI - SOSOK SUKSES PETANI

Sosok sukses Petani dan Pengelola Kebun dan Rumah Makan Strawberry Sukamantri Ciamis
(dari Koran Seputar Indonesia, Kamis 21 Agustus 2008 hl. 44)

Nama Mair Saftari adalah nama ikon yang tidak bisa dilepaskan dari Wisata Agroindustri di Ciamis, yaitu Wisata Kebun dan Rumah Makan Strawberry Sukamantri. Ia adalah sosok sukses di balik ketenaran kawasan itu.

Tetapi siapa menyangka bahwa dulunya ia bukan siapa-siapa. Mair Saftari lahir tahun 1953 dan hanya mengenyam pendidikan SD. Ia pernah menjadi tukang semir sepatu di tahun 1972. Ia menjadi pedagang oncom di Bandung tahun 1975. Pernah juga menjadi sopir angkutan kota di tahun 1978. Dari tahun 1978 s.d. 2003 ia menjadi pedagang di Pasar Andir dan Pasar induk Caringin Bandung. Selepas itu ia menjadi pengelola kebun stroberi Ciwidey dari tahun 1996-2003. Dan baru mulai tahun 2004 hingga sekarang Mair Saftari mendirikan sekaligus mengelola Kebun Strawberry dan Rumah Makan Sukamantri.

Kawasan agro wisata kebun dan rumah makan Strawberry Sukamanri terletak di wilayah kawasan wisata Ciamis Utara Jawa Barat, sektiar 40 kilometer menuju arah utara dari pusat kota Kabupaten Ciamis. Kebun stoberinya sendiri terletak tepat di Dusun Caringin, Desa Cibeureum, Kecamatan Sukamantri, Ciamis.

Anda bisa berkunjung ke kebun ini dan menikmati keindahan alam serta suasana perkampungan. Anda bisa memetik langsung stroberi matang dengan harga murah. Untuk satu kg buah segar, Anda cukup membayar Rp 25.000. Buah itu tidak saja segar teetapi juga bebas dari bahan-bahan kimia karena memang dikembangkan secara organic alias bebas bahan-bahan atau obat-obatan kimia.

Sejak tahun 2004 Mair Saftari merintis kebun strawberry di Sukamantri Ciamis. Ia mengelola kebun stroberi bersama kelompok tani Yuda Sari yang beranggotakan 10 orang dipimpin Mair Saftari. Usahanya bersama kelompok tani itu menjadikan Sukamantri sebagai kawasan wisata agro. Tahun 2006 pemerintah meresmikannya sebagai loakasi wisata agro industri.

Kebun Strawberry Sukamantri sendiri mempunya lahan seluas satu hectare, sedangkan kebun pendukung lainnya sudah dapat dijumpai dan tersegar di masing-masing rumah penduduk. Kelompok tani Yuda Sari sendiri hanya mengefektifkan lahan sekitar 300 meter persegi karena keterbatasan jumlah pekerja. Dari lahan 300 meter persegi, dihasilkan sedikitnya 30 kilogram, yang pada saat panen besar bisa mencapai 200kg. Harga per kg sekitar Rp 25.000. Mair dan keompoknya terus berinovasi. Antara lain ia memanjakan pengunjung kebunnya dengan 3 jenis stroberi dengan bibit impor yaitu jenis stroberi Holland, Prancis dan Jepang. Mair menekankan buah stroberi tidak boleh habis dipetik kendati setiap pekan selalu berbuah.

Yang dapat dipelajari dari kisah sukses Mair Saftari:
1. Ia adalah orang yang selalu mau belajar sesuatu yang baru. Ia belajar dari pengalaman-pengalaman yang ia dapatkan sebelumnya. Ia tidak menganggap hal-hal yang dilakukan di tahun-tahun sebelumnya sebagai sesuatu yang mubazir.

2. Ia adalah orang yang tidak takut membuat keputusan. Ia kerap berpindah-pindah profesi sampai ia menemukan sebuah usaha yang disenanginya dan memberinya kepuasan secara materi dan rohani. Ia berani mengambil resiko meskipun hal itu sering menyakitkan.

3. Ia selalu mau bekerja sama dengan orang lain. Ia sadar bahwa untuk mencapai keberhasilan usahanya, melakukan usaha dengan melibatkan orang-orang lain lebih baik daripada dengan melakukannya sendiri.

Alamat Bapak Mair Saftari: Dusun Caringin, Desa Cibeureum, Kec. Sukamantri, Kab. Ciamis, Jawa Barat.

(Thomas)

PURDI E CHANDRA


Purdi E. Chandra lahir di Lampung 9 September 1959. Purdi muda memulai berbisnis saat mendirikan Lembaga Bimbingan Tes Primagama pada 10 Maret 1982 di Yogyakarta. Sebelumnya ia pernah kuliah di 4 fakultas yang berbeda di dua perguruan tinggi yaitu IKIP Negeri Yogyakarta dan Universitas Gajah Mada. Sekalipun demikian, ia tidak pernah menyelesaikan pendidikan di 4 fakultas itu. Dia meninggalkan bangku kuliahnya di UGM Yogyakarta dan mendeklasarikan diri sebagai Presiden Direktur Primagama Group. Purdi menjalankan Primagama dari yang semula cuma 1 outlet dengan hanya 2 murid menjadi ratusan outlet dengan ratusan ribu murid per tahunnya. Bahkan kini Primagama sudah menjadi holding company yang membawahi berbagai bidang usaha di bidang pendidikan maupun di luar pendidikan.

Purdi E. Chandra dikenal luas di Indonesia sebagai salah satu dari beberapa pengusaha “gila” di Indonesia. Sebut saja yang lain seperti Bob Sadino (pemilik Kem-Chick di Jakarta) dan Mr. Jogger (pemilik Pabrik Kata-kata) di Bali. Pengertian “gila” di sini tentu berkonotasi positif. Ia pernah tampil di Empat Mata sebagai tamu istimewanya Mas Tukul di Trans7. Ia juga beberapa kali menjadi nominator dan peraih penghargaan dari beberapa media, termasuk Majalah SWA dan Tajuk, serta lembaga internasional semacam Ernest & Young.

Ada beberapa hal menonjol yang dimiliki Purdi E Chandra. Salah satu yang menonjol dari orang ini adalah selalu berpikir positif terhadap berbagai hal, termasuk terhadap “kegagalan”. Purdi juga pernah “gagal” dalam berusaha... artinya ada sebagian dari usahanya yang harus ia tutup karena memang tidak mampu memberikan keuntungan. Namun sikap positifnya terhadap berbagai hal itu membuatnya mampu mengolah apa yang tampak “rugi” di mata orang lain menjadi potensi untuk meraih keberhasilan. Hal lain yang menonjol adalah sifat berani untuk memulai... Ia sangat menekankan penggunakan otak kanan... cara berpikir yang melompat-lompat dan tidak konvensional. Ia selalu berani memulai. Karena itu, nasihatnya bagi orang yang mau berbisnis adalah: Mulai saja! Jangan berpikir terlalu banyak... bahkan jangan berpikir... langsung saja mulai. Yang juga sangat menonjol adalah sifat egaliternya, sifat mau berbagi dengan orang lain, termasuk berbagi ilmu dan pengalaman kepada siapa pun yang ingin menjadi pengusaha, sifat menghormati orang lain dengan segala potensinya, dsb.... mungkin karena ia memang selalu berpikir positif terhadap orang lain. Tidak mengherankan bahwa Purdi E Chandra adalah juga seorang yang religius dan penderma.

Saat ini kesibukan yang disenanginya adalah memberikan bimbingan kepada para calon entrepreneur baru sebagai mentor melalui Entrepreneur University – lembaga yang mengenalkan konsep Tanpa Nilai, Tanpa akreditasi, Tanpa Status, dan Tanpa Ijazah— diwisuda setelah jadi pengusaha. Entrepreneur University adalah terobosan luar biasa yang dapat menarik minat ribuan orang di berbagai kota untuk datang ke acara seminarnya, dan mendengarkan konsep yang diperkenalkan Purdi “Cara Gila Jadi Pengusaha”.

Nomor-nomor dan Alamat Kontak beliau
(diambil dari buku CARA GILA JADI PENGUSAHA):
Website : http://www.purdiechandra.com/
E-mail : purdiechandra@yahoo.com
Motivasi Hati 1000/hari REG_PURDI kirim ke 7475
HP 0813-1880-0999

Wednesday 24 September 2008

SOICHIRO HONDA



"Lihat Kegagalan Saya"


Cobalah amati kendaraan yang melintasi jalan raya. Pasti, mata Anda selalu terbentur pada Honda, baik berupa mobil maupun motor. Merk kendaran ini menyesaki padatnya lalu lintas, sehingga layak dijuluki "raja jalanan".

Namun, pernahkah Anda tahu, sang pendiri "kerajaan" Honda - Soichiro Honda - diliputi kegagalan. Ia juga tidak menyandang gelar insinyur, lebih-lebih Profesor seperti halnya Profesor B.J. Habibie, mantan Presiden RI. Ia bukan siswa yang memiliki otak cemerlang. Di kelas, duduknya tidak pernah di depan, selalu menjauh dari pandangan guru. "Nilai saya jelek di sekolah. Tapi saya tidak bersedih, karena dunia saya di sekitar mesin, motor dan sepeda," tutur tokoh ini, yang meninggal pada usia 84 tahun, setelah dirawat di RS Juntendo, Tokyo, akibat mengidap penyakit lever.

Saat merintis bisnisnya Soichiro Honda selalu diliputi kegagalan. Ia sempat jatuh sakit, kehabisan uang, dan dikeluarkan dari kuliah. Namun ia trus bermimpi dan bermimpi...Kecintaannya kepada mesin mungkin merupakan 'warisan' dari ayahnya yang membuka bengkel reparasi pertanian, di dusun Kamyo, distrik Shizuko, Jepang Tengah, tempat kelahiran Soichiro Honda. Di bengkel, ayahnya memberi cathut (kakak tua) untuk mencabut paku. Ia juga sering bermain di tempat penggilingan padi melihat mesin diesel yang menjadi motor penggeraknya. Di situ, lelaki kelahiran 17 November 1906, ini dapat berdiam diri berjam-jam.

Di usia 8 tahun, ia mengayuh sepeda sejauh 10 mil, hanya ingin menyaksikan pesawat terbang.Ternyata, minatnya pada mesin, tidak sia-sia. Ketika usianya 12 tahun, Honda berhasil menciptakan sebuah sepeda pancal dengan model rem kaki. Tapi, benaknya tidak bermimpi menjadi usahawan otomotif. Ia sadar berasal dari keluarga miskin. Apalagi fisiknya lemah, tidak tampan, sehingga membuatnya rendah diri.

Di usia 15 tahun, Honda hijrah ke Jepang, bekerja Hart Shokai Company. Bosnya, Saka Kibara, sangat senang melihat cara kerjanya. Honda teliti dan cekatan dalam soal mesin. Setiap suara yang mencurigakan, setiap oli yang bocor, tidak luput dari perhatiannya. Enam tahun bekerja disitu, menambah wawasannya tentang permesinan.

Akhirnya, pada usia 21 tahun, bosnya mengusulkan membuka suatu kantor cabang di Hamamatsu. Tawaran ini tidak ditampiknya.Di Hamamatsu prestasi kerjanya tetap membaik. Ia selalu menerima reparasi yang ditolak oleh bengkel lain. Kerjanya pun cepat memperbaiki mobil pelanggan sehingga berjalan kembali. Karena itu, jam kerjanya larut malam, dan terkadang sampai subuh. Otak jeniusnya tetap kreatif. Pada zaman itu, jari-jari mobil terbuat dari kayu,hingga tidak baik meredam goncangan. Ia punya gagasan untuk menggantikan ruji-ruji itu dengan logam. Hasilnya luarbiasa. Ruji-ruji logamnya laku keras, dan diekspor ke seluruh dunia. Di usia 30, Honda menandatangani patennya yang pertama.S

Setelah menciptakan ruji, Honda ingin melepaskan diri dari bosnya, membuat usaha bengkel sendiri. Ia mulai berpikir, spesialis apa yang dipilih? Otaknya tertuju kepada pembuatan Ring Pinston, yang dihasilkan oleh bengkelnya sendiri pada tahun 1938. Sayang, karyanya itu ditolak oleh Toyota, karena dianggap tidak memenuhi standar. Ring buatannya tidak lentur, dan tidak laku dijual. Ia ingat reaksi teman-temannya terhadap kegagalan itu. Mereka menyesalkan dirinya keluar dari bengkel.

Karena kegagalan itu, Honda jatuh sakit cukup serius. Dua bulan kemudian, kesehatannya pulih kembali. Ia kembali memimpin bengkelnya. Tapi, soal Ring Pinston itu, belum juga ada solusinya. Demi mencari jawaban, ia kuliah lagi untuk menambah pengetahuannya tentang mesin. Siang hari, setelah pulang kuliah - pagi hari, ia langsung ke bengkel, mempraktekkan pengetahuan yang baru diperoleh. Setelah dua tahun menjadi mahasiswa, ia akhirnya dikeluarkan karena jarang mengikuti kuliah."Saya merasa sekarat, karena ketika lapar tidak diberi makan, melainkan dijejali penjelasan bertele-tele tentang hukum makanan dan pengaruhnya, " ujar Honda, yang gandrung balap mobil. Kepada rektornya, ia jelaskan maksudnya kuliah bukan mencari ijasah, melainkan pengetahuan. Penjelasan ini justru dianggap penghinaan.

Berkat kerja kerasnya, desain Ring Pinston-nya diterima. Pihak Toyota memberikan kontrak, sehingga Honda berniat mendirikan pabrik. Eh malangnya, niatan itu kandas. Jepang, karena siap perang, tidak memberikan dana. Ia pun tidak kehabisan akal mengumpulkan modal dari sekelompok orang untuk mendirikan pabrik. Lagi-lagi musibah datang. Setelah perang meletus, pabriknya terbakar dua kali.

Namun, Honda tidak patah semangat. Ia bergegas mengumpulkan karyawannya. Mereka diperintahkan mengambil sisa kaleng bensol yang dibuang oleh kapal Amerika Serikat, digunakan sebagai bahan mendirikan pabrik. Tanpa diduga, gempa bumi meletus menghancurkan pabriknya, sehingga diputuskan menjual pabrik Ring instonnya ke Toyota. Setelah itu, Honda mencoba beberapa usaha lain. Sayang semuanya gagal.

Akhirnya, tahun 1947, setelah perang Jepang kekurangan bensin. Di sini kondisi ekonomi Jepang porak-poranda. Sampai-sampai Honda tidak dapat menjual mobilnya untuk membeli makanan bagi keluarganya. Dalam keadaan terdesak, ia memasang motor kecil pada sepeda. Siapa sangka, "sepeda motor" - cikal bakal lahirnya mobil Honda - itu diminati oleh para tetangga. Mereka berbondong-bondong memesan, sehingga Honda kehabisan stok. Disinilah, Honda kembali mendirikan pabrik motor.

Sejak itu, kesuksesan tak pernah lepas dari tangannya. Motor Honda berikut mobilnya, menjadi "raja" jalanan dunia, termasuk Indonesia.

Soichiro Honda mengatakan, janganlah melihat keberhasilan dalam menggeluti industri otomotif. Tapi lihatlah kegagalan-kegagalan yang dialaminya. "Orang melihat kesuksesan saya hanya satu persen. Tapi, mereka tidak melihat 99% kegagalan saya", tuturnya. Ia memberikan petuah ketika Anda mengalami kegagalan, yaitu mulailah bermimpi, mimpikanlah mimpi baru dan berusahalah untuk merubah mimpi itu menjadi kenyataan.

Kisah Honda ini, adalah contoh bahwa sukses itu bisa diraih seseorang dengan modal seadanya, tidak pintar di sekolah, ataupun berasal dari keluarga miskin.
Jadi buat apa kita putus asa bersusah hati merenungi nasib dan kegagalan. Tetaplah tegar dan teruslah berusaha, lihatlah Honda sang "Raja" jalanan.

5 Resep keberhasilan Honda :

1. Selalulah berambisi dan berjiwa muda.
2. Hargailah teori yang sehat, temukan gagasan baru, khususkan waktu
memperbaiki produksi.
3. Senangilah pekerjaan Anda dan usahakan buat kondisi kerja Anda
senyaman mungkin.
4. Carilah irama kerja yang lancar dan harmonis.
5. Selalu ingat pentingnya penelitian dan kerja sama.

(Thanks for Arief Kurniadi, who sent me this story)

CARA GILA JADI PENGUSAHA (Book Review)

Judul buku : Cara Gila Jadi Pengusaha-Virus Entrepreneur Jadi Pengusaha Sukses
Pengarang : Purdi E. Chandra
Penerbit : PT Elex Media Komputindo, Kelompok Kompas-Gramedia, Jakarta
Cetakan : September 2007
Jumlah hal. : 231

Buku ini terdiri dari sebuah Kata Pengantar dan 8 Bagian yang memuat 76 judul. Buku ini juga dilengkapi dengan DVD Video Seminar “Cara Gila Jadi Pengusaha” sebagai bonus.

Membaca buku ini dan menonton DVD-nya, Anda akan terserang sebuah virus yang cukup mematikan semangat loyo Anda. Seperti ditulis oleh Purdi E Chandra dalam Kata Pengantar, ia sedang menebar virus bernama Virus Entrepreneur. Virus ini cepat menular, membuat penderita bisa mengalami beberapa stadium bertahap, mulai dari demam, demam parah, bahkan kalau sudah akut bisa menjadi “gila”.

Ya… sudah sejak sekitar tahun 2002 Purdi E Chandra menyebarkan virus maut ini dan telah ribuan orang terserang. Anehnya, mereka yang terserang Virus Entrepreneur ini dan telah menjadi gila semuanya memiliki pola pikir baru dan berani mengambil langkah yang belum pernah dilakukan. Virus itu telah menyebabkan lahirnya para entrepreneur sukses alias pengusaha-pengusaha baru.

Purdi E Chandra mau mengatakan bahwa orang tidak cukup hanya mempunyai mimpi, namun orang harus dapat bertindak mewujudkan mimpi-mimpi itu. Kunci sukses baginya adalah melangkah dan terus melangkah dalam berbisnis dan bukan hanya mengangan-angankan langkah. Ia mencontohkan dirinya sendiri yang 25 tahun sebelumnya berani memutuskan keluar dari Perguruan Tinggi untuk memulai berbisnis bimbingan belajar di bawah Primagama Group yang dia dirikan. Kini bisnis Purdi E Chandra telah menjadi besar, tidak saja dilihat dari jumlah outlet Primagama yang telah mencapai lebih dari 600 buah, ia juga memiliki banyak bidang usaha yang lain.

Lewat pengalamannya dalam buku ini, Purdi E Chandra mengharapkan para pembaca untuk mendapatkan dan menerapkan pola pikir (mindset) baru tentang bagaimana mestinya memulai usaha: bukan memulai dengan uang, bakat, keturunan atau keahlian, apalagi pengalaman. Hanya ada satu modal untuk memulai usaha. Modal utamanya adalah berani mulai. Ibarat orang mau mandi, ia tidak perlu berpikir keras apakah nanti mandinya akan sukses. Kalau mau mandi, ya masuk saja ke kamar mandi dan terus mandi. Kalau di kamar mandi ternyata tidak ada handuk, kita toh masih bisa keluar dari kamar mandi untuk mencari handuknya.

Berani memulai, itulah intinya. Keberanian itu akan terjadi apabila orang mengubah mindset yang selama ini lebih mementingkan otak kiri daripada otak kanan. Otak kiri adalah otak yang rasional, yang terstruktur, yang terpola, yang terlalu banyak berpikir. Sedangkan otak kanan adalah otak yang tidak logis, yang selalu berpikir meloncat-loncat dan tidak terstruktur. Tetapi sudah menjadi kenyataan umum bahwa, walaupun otak kiri juga sangat penting, para pengusaha sukses adalah orang-orang yang lebih menggunakan otak kanan daripada otak kiri. Bahkan Purdi E Chandra mengatakan bahwa kalau Anda mau memulai usaha untuk menjadi pengusaha sukses, jangan berpikir… atau bisnisnya jangan terlalu dipikir. Ambil saja keputusan, mulailah… Orang-orang yang sukses adalah orang-orang yang berani mengambil keputusan, mengerjakan apa yang telah diputuskan dan berjuang di sana sampai ia menemukan apa yang diimpikannya.

Buku CARA GILA JADI PENGUSAHA ini wajib dibaca oleh mereka yang mau mengubah dirinya menjadi lebih kaya, lebih sukses, dan lebih berarti bagi keluarga dan orang lain. Ada banyak contoh dan penjelasan sederhana di dalam buku dan DVD ini sehingga Anda pasti akan mudah memahami gagasan-gagasan pengusaha sukses dari Indonesia ini. Buku dan DVD ini sangat cocok untuk Anda. Namun, sekali lagi, Anda harus waspada… Virus Entrepreneur dapat menyerang Anda…. Dan Anda akan menyesal… mengapa tidak membaca buku dan menonton DVD ini dari dulu.

(Thomas)