Monday 24 September 2018

SEBELAS FASE KEHIDUPAN MANUSIA DALAM FALSAFAH JAWA

Saya mendapatkan tulisan ini dari seorang sahabat yang sangat memahami dan menghayati kebudayaan dan kesenian Jawa Tengah, khususnya Yogyakarta. Semoga tulisan ini berguna.

Ada *11* fase kehidupan manusia dalam falsafah Jawa. Fase-fase itu diungkapkan dalam tembang-temang yang memiliki ciri khas. Saya mendapatkan tulisan singkat mengenai 11 fase itu dari seorang sahabat lewat grup WA belum lama ini.



*1. Maskumambang*

Simbol fase roh atau kandungan ketika kita masih "mengapung" atau "kumambang" di alam roh dan kemudian di dalam kandungan yang gelap.



*2. Mijil*

Mijil artinya keluar. Ini adalah fase bayi saat kita mulai mengenal kehidupan dunia. Kita belajar bertahan di alam baru.



*3. Sinom*

Sinom adalah masa muda ketika kita tumbuh berkembang mengenal hal2 baru.



*4. Kinanthi*

Ini adalah masa pencarian jati diri, pencarian cita-cita dan makna diri.



*5. Asmaradhana*

Fase paling dinamik dan berapi-api dalam pencarian cinta dan teman hidup.



*6. Gambuh*

Fase dimulainya kehidupan keluarga dengan ikatan pernikahan suci (gambuh). Menyatukan visi dan cinta kasih.



*7. Dhandang Gula*

Ini adalah fase puncak kesuksesan secara fisik dan materi (dhandang = bejana). Namun selain kenikmatan gula (manisnya) hidup, semestinya diimbangi pula dengan kenikmatan rohani dan spiritual.



*8. Durma*

Fase dimana kehidupan harus lebih banyak didermakan untuk orang lain, bukan mencari kenikmatan hidup lagi (gula). Ini adalah fase bertindak sosial. *Dan berkumpul  dan bersosialisasi dengan teman-teman seperjuangan.



*9. Pangkur*

Ini adalah fase uzlah (pangkur-menghindar), fase menyepi, fase kontemplasi, mendekatkan diri kepada Gusti Allah, menjauhkan diri dari gemerlapnya hidup.



*10. Megatruh*

Ini fase penutup kehidupan dunia, saat Ruh (Roh) meninggalkan badan (megat: memisahkan). Fase awal dari perjalanan menuju keabadian.



*11. Pucung*

Fase kembali kepada Allah, Sang Murbeng Dumadi, Sangkan Paraning Dumadi. Diawali menjadi pocong (jenazah), ditanya seperti lagu pucung yang  berisi pertanyaan. Fase menuju kebahagiaan sejati, bertemu dengan yang Mahasuci.


Sunday 2 September 2018

MENERIMA DIRI DAN BERSYUKUR (3)


Kemampuan seseorang untuk memiliki ultimate advantage ditentukan oleh beberapa hal, antara lain: (1) apa saja mimpi atau keinginan kuat Anda, (2) dengan siapa Anda bergaul, dan (3) buku apa yang Anda baca.

Untuk menjadi pribadi yang unggul, kita harus memiliki tujuan atau goal atau mimpi. Ini bukan sekedar mimpi melainkan sebuah keinginan kuat untuk dapat diwujudkan. Tujuan atau mimpi ini sebegitu kuat sehingga kita bisa tidak mungkin menomorduakannya sebab jika mimpi ini tidak terwujud, hidup kita akan menderita.

Tentu saja mimpi-mimpi itu haruslah sesuatu yang baik dan mulia. Misalnya: Saya ingin naik haji pada usia 40 tahun. Saya ingin menghajikan orang tua saya pada tahun 2025. Saya ingin membantu fakir miskin dengan mendonasikan sekitar Rp 10 juta perbulan ke panti jompo di dekat rumah saya. Saya ingin mengunjungi Yellow Stone National Parks bersama keluarga saya lima tahun dari sekarang. Dan sebagainya. Sangat baik kalau mimpi-mimpi itu kita visualisasikan, kita gambarkan, kita tempelkan foto-fotonya di buku impian, lalu diceritakan kepada orang-orang terdekat Anda.

Orang juga dapat berubah lewat pergaulan. Orang yang baru saja keluar dari tempat-tempat pendidikan keagamaan pun dapat menjadi seorang penjahat apabila dia secara intensif bergaul dengan para perampok, mempelajari teknik-teknik mereka, belajar mempraktikkannya dan seterusnya. Ingat cerita-cerita para pelaku pemboman di tanah air kita akhir-akhir ini, kan? Bahkan orang-orang baik pun akan menjadi tidak baik apabila mereka bergaul dengan orang yang salah.

Tetapi, jika kita sering bergaul, menjalin hubungan, berdiskusi, mendengarkan dan bertanya jawab dengan orang-orang kaya dan dermawan, pengusaha sukses, ulama yang rendah hati, pendeta yang suci, atau professor yang senang berbagi pengetahuan, ada kemungkinan bahwa kita dapat meniru kebaikan-kebaikan dan hal-hal positif dari mereka. Maka marilah bergaul dengan orang-orang positif ; kita dapat menjadi orang-orang yang positif seperti mereka.

Buku juga sangat menentukan pembentukan karakter kita. Membaca koran setiap hari untuk mendapatkan berita actual juga berguna; begitu juga membaca novel dan roman. Juga membaca buku-buku ilmu pengetahuan. Tetapi membaca buku-buku tentang motivasi, pengembangan diri, filsafat, keagamaan dan spiritualitas ternyata dapat membantu membuat kita menjadi lebih baik.

Bacalah buku-buku hebat dan best-seller seperti Berpikir dan Berjiwa Besar karangan David Schwartz dan Bagaimana Mencari Kawan dan Memengaruhi Orang Lain karangan Dale Carnegie. Jika kita membaca buku-buku tersebut setiap hari dan menghayatinya, niscaya kita pasti akan dibentuk menjadi pribadi-pribadi yang memiliki keunggulan, mampu menerima diri dan terus bersyukur atas cinta kasih Allah, dan mampu membangun persaudaraan dengan banyak orang.

Tentu saja, jangan lupakan untuk membaca Kitab Suci sesuai agama dan kepercayaan Anda.

Shalom. Salam. Peace. Paix, Pax, Tentrem