Friday 3 March 2017

KEJUJURAN DAVID G. BOOTH



 Ini adalah kelanjutan dari kisah David G. Booth.

JUJUR DALAM HAL KECIL, TUHAN PERCAYAI DALAM HAL BESAR

Bagian kedua



Setelah menutup telepon, David hendak memasukkan kembali keping logam uang itu, tetapi sekali demi sekali uang dimasukkan, pesawat otomat itu terus menerus memuntahkannya kembali. Sekali lagi David menelepon dan petugas pelayanan umum yang berkata, “Saya juga tak tahu harus bagaimana, sebaiknya saya sekarang minta petunjuk atasan.”



Tak lama kemudian, nona petugas pelayanan umum menelepon ulang pesawat otomat yang sedang bermasalah itu. Dia berkata kepada David, “Saya telah memperoleh ijin dari atasan yang berkata uang tersebut untuk Anda, karena perusahaan kami saat ini tidak mempunyai cukup tenaga, tak ingin demi beberapa dollar khusus mengirim petugas ke sana.”



“Hore!,” David meloncat saking gembiranya. Sekarang, uang logam itu secara sah menjadi miliknya. David membungkukkan badannya dan dengan seksama menghitungnya, total berjumlah 9 dollar 50 sen! Uang sejumlah ini cukup buat David bertahan hingga bekerja memperoleh upah pertamanya pada saat liburan nanti.  Dalam perjalanan ke kampus, David tersenyum terus sepanjang jalan. Ia memutuskan membeli makanan dengan menggunakan uang itu, lalu bermaksud mencari pekerjaan.



Dalam sekejap liburan telah tiba dan David telah memperoleh pekerjaan sebagai pengelola gudang supermarket. Pada hari tersebut, David menjumpai boss perusahaan supermarket. Ia menceritakan kepadanya tentang kejadian di telepon umum dan keinginannya untuk mencari pekerjaan.



Si boss supermarket memberitahu David bahwa ia boleh datang bekerja setiap saat, tidak hanya pada liburan saja, sewaktu kuliah dan tidak terlalu sibuk juga boleh bergabung. Boss supermarket itu merasa David adalah orang yang tulus dan jujur, terutama ia adalah orang yang seksama dan ia mutlak bisa dipercaya membenahi gudang.



David bekerja dengan sangat giat; boss sangat mengapresiasinya dan juga merasa kasihan. Si boss memberinya upah dobel. Sesudah menerima gaji, David mengirimkan keseluruhan gajinya kepada sang ibu karena pada saat itu David sudah mendapatkan info bahwa ia berhasil memperoleh bea siswa untuk satu semester berikutnya.



Sesudah 1 bulan, uang dikirim balik ke David. Sang ibu menulis di dalam suratnya: “Penyakit ayahmu sudah agak sembuh, saya juga telah mendapatkan pekerjaan, bisa mempertahankan hidup. Kamu harus belajar dengan baik, jangan sampai kelaparan.”



Sesudah membaca surat itu, David menangis lagi. David tahu, meski orang tuanya menahan lapar, juga tidak bakal meminta uang kepada David yang sedang perlu dibantu. Setiap kali memikirkan hal ini, David berlinang bersimbah air mata, sulit menenangkan gejolak hatinya.



Setahun kemudian, David dengan lancar menyelesaikan kuliahnya. Setelah lulus, David membuka sebuah perusahaan. Tahun pertama, David sudah mengantongi laba US $ 100.000.



Ia senantiasa tak bisa melupakan kejadian di telepon umum. Ia menulis surat kepada perusahaan telepon tersebut: “Hal yang tak bisa saya lupakan untuk selamanya ialah perusahaan Anda secara tak terduga telah membantu dana US $ 9,50 kepada saya. Perbuatan amal ini telah membuat saya batal menjadi pemuda drop out dan menuju kondisi miskin; bersamaan itu juga telah memberi saya energi tak terhingga dan mendorong saya setiap saat tidak melupakan untuk berjuang. Kini saya mempunyai uang, saya ingin menyumbang balik sebanyak US $ 10.000 kepada perusahaan Anda sebagai rasa terima kasih saya.”



Boss perusahaan telpon bernama Bill membalasnya dengan surat yang dipenuhi antusiasme: “Selamat atas kesuksesan kuliah Anda dan usaha yang telah berkembang. Kami kira, uang tersebut adalah uang yang paling patut kami keluarkan. Ini bukannya merujuk pada $9,50 yang dikembalikan dengan $10.000, melainkan uang itu telah membuat seseorang memahami sebuah petuah tentang prinsip tertinggi kehidupan.”



Setelah 20 tahun telah berlalu, bagaimana dengan David? Di kota Chicago, Amerika, terdapat sebuah gedung mewah, yang tampak luarnya menyerupai sebuah bilik telepon umum. Itu adalah gedung perusahaan Dimensional Fund Advisors. David adalah co-founder and co-CEO of Dimensional Fund Advisors (bersama dengan Rex Sinquefield dan Eduardo Repetto). Selain itu juga David adalah salah satu penyumbang terbesar untuk badan amal, khususnya untuk alma maternya: the University of Chicago Graduate School of Business.



Sahabatku,


Percayalah, bahwa Tuhan tidak akan tinggal diam bila kita selalu berdoa dan berharap padanya. Tuhan hanya butuh kesetiaan kita dalam perkara kecil sekalipun untuk dipercayai sebuah perkara yang lebih besar.



Anda dapat pula membaca bagian pertama disini.

No comments: