Selamat membaca.
Jack Ma berasal dari keluarga musisi dan pencerita di
Hangzhou, Tiongkok. Ia pernah hidup pahit di masa Revolusi Kebudayaan dan
mengalami berbagai kegagalan. Lelaki itu bangkit, membangun situs Alibaba, dan
kini menjadi orang terkaya kedua di negerinya.
”Saya menjalani
hidup yang pahit,” kata Jack, bernama asli Ma Yun, pada Forum Ekonomi Dunia,
Davos, Swiss, Januari 2015. ”Saya juga bukan dari keluarga berada dan
berkuasa,” lanjutnya.
Lahir di era komunisme yang kaku membuat Jack terbiasa
dengan kehidupan keras. Jack hidup normal sebagaimana anak-anak lain di
Hangzhou, sekitar 250 kilometer di sebelah barat Shanghai. Hangzhou dikenal sebagai kota
kebudayaan dengan kehadiran turis asing. Saat memasuki sekolah, sejak SD sampai
SMA, Jack perlu berkali-kali tes karena tidak hebat secara akademis. Pernah
gagal masuk universitas ternama, ia kuliah setara program D-3 di Sastra Inggris
Hangzhou Normal University, lulus tahun 1988. ”Ini universitas berkualitas
kelas tiga atau empat secara nasional,” katanya.
Ketika KFC membuka cabang di Hangzhou, Jack melamar. Dari
24 pelamar, hanya dia yang gagal. Ia juga kandas menjadi polisi. ”Kegagalan
menjadi bagian perjalanan hidup saya,” katanya. Jack mengajar dan membuka
kursus bahasa Inggris di Hangzhou. Para murid senang dengan cara Jack mengajar.
Semasa kuliah, ia memperdalam kemampuan berbahasa Inggris
sebagai pemandu gratis bagi turis. Dengan sepeda, ia menghampiri hotel yang
ramai turis untuk mempraktikkan ilmunya. Dari peran ini, Jack memiliki sahabat
pena yang kesulitan melafalkan nama Ma Yun sehingga kemudian memanggilnya
”Jack”.
Kemampuan bahasa Inggris memberi Jack kesempatan
berkunjung ke Amerika Serikat di tahun 1995. Ketika itu, ia diminta menjelajahi
dunia lewat internet yang baru muncul.
”Tidak, tidak, tidak,” katanya, karena komputer barang
mahal dan dia tak paham. Jack tetap diyakinkan untuk mencoba. ”Pertama kali, saya
mencari bir. Saya menemukan produk bir dari sejumlah negara, tetapi tak satu
pun asal Tiongkok.” Dia pun terinspirasi membuatkan situs berisi informasi
produk-produk buatan Tiongkok.
Kembali ke Tiongkok, Jack bekerja di kementerian luar
negeri dengan menawarkan jasa pemasaran produk Tiongkok lewat internet. Bukan
tipe pegawai negeri dengan birokrasi berbelit-belit, ia mundur dari
pemerintahan.
Pada 1999, bersama rekannya, ia merintis situs bernama
Alibaba, yang mempertemukan pembeli dan penjual produk di seluruh dunia. Ia
terinspirasi situs Amazon. Belajar dari situs lelang e-Bay, ia mendirikan
Taobao. Pengaruh Google menginspirasinya menciptakan mesin pencari berbahasa
Mandarin.
Banyak Sahabat
Jack seorang
periang dan punya banyak sahabat. Istrinya, dulu sahabat di kampus, Zhang Ying,
turut mendukung. Jaringan dan persahabatan membuatnya meraih dukungan
mewujudkan ide perdagangan virtual.
Tak mudah pada awalnya, Alibaba tak menghasilkan uang di
tiga tahun pertama. Namun, Jack optimistis akan hasil besar. Ini hanya soal
waktu. Saat perusahaan-perusahaan internet menggelembung, lalu meletus tahun
2002, Alibaba bertahan. Jack adalah pilar daya tahan. Terhadap para mitra kerja
di tahun 1999, ia bilang, ”Kita harus yakin ini jalan, tetapi harus kerja
keras.”
Jack dan rekannya
terus mengembangkan Alibaba dan kemudian menciptakan sistem pembayaran lewat
situs Alipay. Kali ini tidak gratis. Sukses Alibaba tersebar. Jerry Yang,
kelahiran Taiwan tahun 1968, salah satu pendiri Yahoo!, Goldman Sach, dan
SoftBank (perusahaan Jepang), menaruh kepercayaan. Alibaba melejit dengan moto
melayani konsumen.
Yan Anthea Zhang, profesor strategi manajemen dari Rice
University, AS, mengatakan, sukses Alibaba terletak pada ketersediaan aneka
produk dan kecanduan konsumen berbelanja karena merasa nyaman. Lewat Alibaba,
ada 800 juta transaksi di seluruh dunia per hari.
Tulisan ini akan
dilanjutkan pada bulan April 2018.
No comments:
Post a Comment