Sunday 1 July 2018

MENERIMA DIRI DAN BERSYUKUR (1)


Seorang siswa sekolah menengah mengeluh, “Mengapa aku tidak secerdas temanku?” Seorang gadis belia berkata, “Mengapa temanku cantik dan dikagumi, sedangkan aku tidak?” Ada lagi, seorang guru yang berkata, “Sungguh malang nasibku. Aku tidak sekaya Aburizal Bakri, tidak sehebat Joko Widodo, tidak seberuntung Bill Gates. Aku Cuma jadi seorang guru.”

Betulkah aku tidak sebaik mereka? Betulkah aku orang yang terkutuk dan bernasib buruk?

Aku selalu percaya bahwa setiap orang diciptakan oleh Tuhan secara istimewa. Kita semua diciptakan Tuhan karena Tuhan menghendakinya. Cara Ia menciptakan kita pun unik; dan itu terserah Tuhan. Kita tidak bisa memilih diciptakan dalam keluarga kaya raya atau terkenal. Atau sebaliknya dalam keluarga miskin. Kita tidak bisa memilih diciptakan dari suku Jawa, Batak, China, Madura atau lainnya. Kita tidak bisa memilih untuk menjadi laki-laki atau perempuan. Kita tidak bisa memilih menjadi orang dengan kecerdasan di atas rata-rata, atau justru menjadi orang yang diberi IQ biasa-biasa saja, bahkan mungkin memiliki cacat fisik. Tuhan memiliki maksud luar biasa di balik penciptaan kita. Maka kita hanya perlu menerima dan bersyukur.

Menerima dan bersyukur tidak berarti kemudian kita menjadi pasif atau tidak berusaha menjadi lebih baik. Tuhan menciptakan kita baik adanya, tetapi Dia juga menghendaki kita menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. “Karena itu, kamu harus menjadi sempurna, seperti Bapamu yang di surga adalah sempurna."demikian sebuah ayat Alkitab mengatakannya.

Tuhan memilih kita menjadi ciptaan yang unik dan lebih baik. Maka Ia menghendaki kita berusaha terus-menerus untuk menjadi lebih baik. Sebuah perkataan dari salah satu ayat dalam sebuah kitab mengatakan bahwa “hari ini harus lebih baik daripada kemarin, dan hari esok harus lebih baik daripada hari ini.” Tuhan menghendaki kita menjadi pribadi-pribadi yang unggul.

(Akan dilanjutkan ke Bagian ke-2)

No comments: